Selasa, 26 Mei 2009

STRATEGI RANSUM UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA BLOAT PADA SAPI POTONG

A. Pendahuluan
Penyakit kembung (bloat) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi. Meskipun terlihat sepele, Pada kasus yang berat, kembung dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada beberapa jenis kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah kembung pada perut rumen (rumen bloat). Jenis lainnya adalah abomasum bloat yang seringkali lebih fatal namun jarang terjadi pada sapi dewasa.
Rumen bloat pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung disebabkan karena akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroba rumen yang bertugas melakukan pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan akan terakumulasi di dalam rumen. Seringkali bloat ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun. apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani, akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi sapi untuk mengeluarkannya.

B. Pakan sebagai pemicu utama terjadinya bloat
Banyak faktor yang dapat menyebabkan bloat, akan tetapi pakan adalah faktor dominan penyebab kembung. Pakan yang dimaksud disini adalah pola asupan pakan dan menu. Beberapa faktor pakan yang bisa memicu munculnya bloat adalah :
jenis, dan jumlah kandungan protein tertentu di dalam bahan pakan
jumlah dan kecepatan asupan makanan
tekstur bahan pakan
jenis hijauan

C. Strategi pakan

Hijauan
Serat kasar sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan populasi mikroba rumen. Sumber serat kasar yang lazim digunakan adalah hijauan. Jenis hijauan yang mengandung protein tinggi dan disajikan dalam bentuk segar akan memicu timbulnya bloat. Hal ini terjadi karena hijauan tersebut lebih mudah dicerna oleh mikroba sehingga cepat menghasilkan gas. Hijauan jenis ini umumnya adalah jenis leguminosa dan rumput-rumput muda. Hijauan pada usia muda memiliki kandungan nutrisi puncak sehingga sayang apabila tidak termanfaatkan. Nutrisi yang tinggi ini juga sangat digemari oleh mikroba. Proses yang diterapkan untuk mengurangi resiko terjadinya bloat adalah dengan pelayuan. Rumput yang dipotong hari ini baru diberikan ke ternak hari berikutnya. Atau sebelum ternak diberikan hijauan jenis leguminosa atau rumput muda, terlebih dahulu diberi rumput atau jerami kering. Rumput kering akan lebih lama tercerna dalam rumen dan akan mengurangi asupan rumput muda tersebut. Disamping itu konsumsi rumput kering (layu) akan menyebabkan saliva yang dihasilkan lebih banyak dan ini penting dalam rangka pengeluaran gas.

Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan sumber protein dan energi. Di dalam feedlot kebutuhan lonsentrat lebih tinggi dibanding pada breeding. Kelemahan pakan ini adalah sangat mudah tercerna di dalam rumen sehingga gas metan akan sangat cepat muncul. Semakin banyak konsentrat yang diberikan semakin banyak pula gas yang terbentuk. Konsentrat yang diberikan sekaligus dalam jumlah yang banyak juga akan menyebabkan bloat bahkan acidosis. Di satu sisi konsentrat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan daging sementara di sisi lain dapat menyebabkan bloat. Strategi yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya bloat karena konsumsi konsentrat antara lain :
Ukuran partikel konsentrat yang diberikan jangan terlalu halus. Apabila bahan yang digunakan untuk konsentrat adalah biji-bijian maka biji-bijian tersebut cukup dipecahkan saja tidak perlu digiling sampai halus. Semakin halus ukuran partikel maka semakin lebar permukaannya sehingga mikroba pengurai dalam rumen akan lebih mudah mencernanya. Pada umumnya konsentrat yang digunakan adalah limbah agro industri pengolahan yang berbentuk halus, maka bahan ini perlu dicampur dengan bahan lain yang lebih kasar. Pemberian konsentrat lima kali dalam satu hari akan lebih baik dibanding dua kali, sebab produksi gas dalam rumen tidak terlalu banyak sehingga diharapkan secara alami mampu dikeluarkan baik lewat eruktasi, ruminasi maupun lewat anus.


Bahan-bahan tambahan
Penambahan 3 (tiga) persen minyak pada konsentrat dapat mengurangi timbulnya bloat. Secara fisik minyak akan melindungi pertikel konsentrat ketika di dalam rumen. Mikroba rumen sulit untuk mencerna minyak atau lemak. Konsentrat yang terlindungi tersebut dapat langsung masuk ke saluran pencernaan berikutnya tanpa terdegradasi oleh mikroba rumen. Dengan demikian produksi gas bias ditekan.
Penambahan bahan-bahan anti bloat (ionophore) dapat diberikan melalui konsentrat. Bahan tersebut diberikan pada kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika konsentrat yang diberikan berpartikel sangat halus atau suatu saat dimana hijauan tidak tersedia sehingga sangat memungkinkan terjadinya bloat. Penambahan bahan anti bloat secara terus menerus tidak ekonomis.


Complete feed
Complete feed merupakan metode yang efektif untuk mengindari terjadinya bloat. Bahan-bahan yang mengandung nilai gizi tinggi namun bisa menyebabkan bloat diproses dan dicampur dengan bahan yang kecernaannya rendah. Sehingga bahan-bahan tersebut bisa saling melangkapi. Pencampuran antar bahan harus dibuat sehomogen mungkin agar ternak tidak bisa memilihnya. Untuk mengindari penumpukan gas hasil pencernaan oleh mikroba rumen maka complete feed diberikan dengan frekuensi lebih banyak tetapi totalnya tetap harus disesuaikan dengan bobot badan ternak tersebut.

Tidak ada komentar: